Nilai impor barang konsumsi sepanjang Januari– April 2011 meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Salah satu penyebabnya adalah penguatan nilai tukar rupiah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor barang konsumsi Januari- April 2011 mencapai USD4,282 miliar (7,98% dari total impor), naik USD1,211 miliar dari periode yang sama tahun lalu sebesar USD3,071 miliar (7,46% dari total impor). Peningkatan impor barang konsumsi ini perlu diwaspadai jika produk yang banyak dibeli masyarakat adalah produk milik Indonesia seperti pakaian jadi, makanan,dan minuman.
Namun, tidak menjadi masalah jika produk yang diimpor belum diproduksi. “Kalau impor terdiri dari produk yang kita sudah produksi ini akan melemahkan produksi kita,” kata Direktur Statistik Distribusi BPS Satwiko Darmesto,Rabu (1/6). Menurutnya, penguatan impor juga terjadi di sektor bahan baku penolong.Hal ini menandakan adanya pergerakan di sektor industri manufaktur.
Terlihat dari ekspor produk industri sepanjang Januari– April yang mengalami peningkatan 34,94% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dari USD28,664 miliar menjadi USD38,680 miliar tahun ini. Satwiko mengatakan, impor bahan baku atau bahan baku penolong sepanjang Januari April mencapai USD40,190 miliar, meningkat dari periode sama tahun lalu yang hanya USD29,898 miliar.
Sementara itu, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Djamal mengatakan, penurunan porsi impor barang modal sebesar 19,9% dari total impor tahun lalu menjadi 17,16% dikarenakan industri dalam negeri banyak menggunakan produk barang modal buatan domestik.
“Mungkin sudah banyak pabrik barang modal yang selama ini diimpor mulai diproduksi di sini atau produk buatan domestik sudah memiliki kualitas yang sama dengan produk impor sehingga kita tidak mengimpor lagi,”ujarnya bernadette lilia nova
(Jumat, 03 June 2011 @ http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/403207/)